Sebagian besar dari kita, terutama bagi kalian yang lahir di tahun 90-an, pastinya masih akrab dengan toko kelontong. Bagaimana tidak, masa kecil kita diwarnai dengan momen-momen berbelanja di toko ini. Mulai dari belanja beras, minyak tanah, hingga membeli berbagai jajanan. Definisi apa itu toko kelontong mungkin sudah kita ketahui, namun bagaimana dengan sejarah di baliknya? Apakah sudah tahu? Kalau belum, yuk cek dalam artikel ini!
Jika bicara soal toko kelontong, yang langsung terlintas kita pastilah warung kecil dekat rumah. Hal ini memang benar adanya, sebab toko kelontong memang merujuk pada toko yang menjual barang keperluan sehari-hari. Hanya saja, jika kita mengecek kata “kelontong” di KBBI, definisi yang muncul ada 2 macam: 1. alat kelentungan yang selalu dibunyikan oleh penjaja barang dagangan untuk menarik perhatian pembeli; dan 2. barang-barang untuk keperluan sehari-hari seperti sabun, sikat gigi, gelas, cangkir, mangkuk. Definisi yang sesuai tentulah poin kedua karena toko kelontong memang menjual barang keperluan sehari-hari.

Namun demikian, ternyata dua definisi tersebut berujung pada satu sejarah yang unik, lho. Selidik punya selidik, kata “kelontong” hadir dari kebiasaan unik masyarakat China yang dulu sering membunyikan rebana terbuat dari kaleng. Hal ini dilakukan oleh para pedagang keliling Tionghoa di masa lalu untuk menarik perhatian calon pembeli. Rebana dari kaleng tersebut akan berbunyi “tong tong tong” yang kemudian membuat masyarakat sekitar menyebut para pedagang dengan sebutan ‘Tjina Kelontong’.
Tak hanya masyarakat China yang memiliki kisah di balik penciptaan toko kelontong, di Jepang juga ada lho. Di Jepang, toko kelontong pertama kali diperkenalkan oleh Tetsudou Kousaka pada tahun 1962. Ia kemudian mulai mengelola toko-toko yang berada di sekitar stasiun kereta api. Seiring berjalannya waktu, toko kelontong tak hanya ditemukan di sekitar stasiun saja, tetapi juga sudah merambah ke perumahan masyarakat. Alhasil, pertumbuhannya cukup tepat dan jumlah toko kelontong di Jepang diperkirakan mencapai 40.000 toko.
Wah, ternyata menarik juga ya sejarah mengenai toko kelontong ini. Untuk mendukung keberadaan toko kelontong di Indonesia, yuk jangan lupa sempatkan diri untuk berbelanja di warung dekat rumah!