Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar frasa belanja toko kelontong? Mungkin barang-barang untuk keperluan sehari-hari seperti sabun atau makanan adalah hal yang langsung terpikirkan oleh Anda. Namun, tahukah Anda bahwa bisnis toko kelontong masa kini tidak sekadar menawarkan barang-barang tersebut?
Modernisasi toko kelontong oleh sejumlah kalangan memang ditargetkan untuk membuat toko kelontong mampu bersaing dengan toko eceran yang kian menjamur. Oleh karenanya, jalan yang ditempuh bukan sekadar memberikan modal untuk pemugaran saja, akan tetapi juga berupa pembinaan dan pendampingan berkelanjutan. Salah satu pihak yang ikut andil dalam proses pengembangan toko kelontong secara masif adalah Sampoerna Retail Community atau SRC.
Dimulai pada tahun 2008, SRC kini sudah memiliki lebih dari 100.000 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui program pembinaan dan pendampingan inilah SRC bertujuan untuk tidak sekadar menyukseskan pemilik toko kelontong saja. Akan tetapi, SRC juga ingin memberikan dampak sosial pada masyarakat sekitar outlet mitra mereka. Bukti nyatanya adalah adanya Pojok Lokal.
Prakarsa Pojok Lokal pada dasarnya merupakan rak khusus yang diletakkan di salah satu sudut toko kelontong dan menjual produk-produk rumahan hasil UKM warga sekitar toko. Adanya Pojok Lokal ini membuktikan tekad SRC yang ingin mengembangkan usaha kecil dan menengah di sekitar toko kelontong mitra mereka, yakni dengan cara memberikan tempat memasarkan dagangan mereka.
Selain Pojok Lokal, ada satu lagi gagasan yang diciptakan tim SRC untuk mengembangkan bisnis toko kelontong. Ide tersebut bernama Pojok Bayar. Di sini pelanggan dapat membeli pulsa, membayar tiket pesawat dan kereta, membeli voucher listrik, bahkan voucher game. Sudut ini diciptakan agar toko kelontong tetap dapat mengikuti perkembangan zaman. Harapannya, pojok ini dapat mempertahankan konsumen lama ataupun malah menggaet konsumen baru toko kelontong.
Buah pikir tim SRC tidak hanya menghasilkan sudut baru yang memperluas item penjualan di toko kelontong. Namun juga memberikan masukan agar pemilik toko kelontong mengembangkan usahanya sendiri. Cerita menarik datang dari Mulyati dan suaminya. Berawal dari toko kelontong mereka yang berukuran 4 kali 5 meter, kini pasangan suami istri ini telah memiliki sejumlah usaha lain yang amat fantastis. Selain menjadi mitra SRC, Mulyati dan suami kini juga memiliki apotek, kedai, bahkan penginapan di sekitar outlet toko kelontong mereka. Perkembangan bisnis ini tentu cukup mencengangkan, bukan?
Nah, itulah dia sejumlah pengembangan toko kelontong yang telah berhasil dilakukan. Siapa yang menyangka dari toko kelontong, seseorang dapat memiliki variasi jualan sebanyak itu? Siapa pula yang menduga berawal dari toko kelontong, sepasang suami istri dapat mempunyai bisnis yang majemuk?
Semoga artikel ini bermanfaat, ya!